Kita mengetahui banyak ujian yang diderita oleh para ulama salaf, ada Imam Ahmad yang disiksa oleh Khalifah yang memaksanya mengucapkan kalimat kekufuran begitu pula Aliz bin Abdi Salam dan ulama Ahlusunnah yang lain, tidak ketinggalan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah. Dalam hidupnya Syiekhul Islam telah tujuh kali masuk penjara. Kapan saja? Dimana saja? Ini ringkasannya.
- Penjara Pertama
Tempat: Damaskus, Suria
Tahun: 693 H
Sebab: Saat Asaaf An Nasrani menghina Rasulullah, Ibnu Taimiyah dan Al Faruqi melaporkannya kepada gubernur setempat, lalu Assaf (sang penghina) ini datang, dan masyarakat melihatnya lalu mulai melempari Assaf, suasana menjadi tidak kondusif, Ibnu Taimiyah dan Al Faruqi akhirnya dipukuli oleh gubernur dihadapan Assaf, lalu dimasukkan dalam penjara.
Hasil dari mendekamnya Ibnu Taimiyah di penjara, adalah karyanya yang berjudul “As Sorimul Maslul Ala Syatimi Rasul” (Pedang yang terhunus untuk para penghina Rasul).
- Penjara Kedua
Tempat: Mesir
Tahun: Mulai dari 26 Ramadhan 705 H, hingga 23 Rabiul Awal 707 H, sekitar 1 tahun 6 bulan.
Sebab: Kala itu Ibnu Taimiyah mendebat Ibnu Makhluf Al Maliki dalam permasalahan Al Arsy, Kalam, Nuzul, dan terjadilah perseteruan yang hebat di antara mereka, lalu akhirnya Ibnu Taimiyah dipenjara.
Dan untuk yang kali ini, Ibnu Taimiyah dipenjara bersama dengan saudaranya Syarafudin. Saat itu Syarafudin, merengek kepada Allah mendoakan keburukan kepada oknum yang telah membuat dirinya dan saudaranya mendekam di penjara, maka Syeikhul Islam melarangnya bahkan berdoa “Ya Allah, berikan lah mereka cahaya petunjuk kepada kebenaran”.
- Penjara Ketiga
Tempat: Mesir
Tahun: 707 H, mendekam di penjara beberapa hari
Sebab: Terjadi perdebatan hebat antara Ibnu Taimiyah dengan para sufi, tentang beristighotsah dan tawasul kepada makhluk, maka pemerintah setempat kala itu, membuat rapat dan meminta Syeikhul Islam untuk memilih satu di antara tiga pilihan:
- Kembali ke Damaskus
- Tinggal tetap di Mesir namun dengan beberapa syarat
- Penjara
Maka beliau memilih penjara, namun akhirnya beberapa kerabatnya meminta agar Ibnu Taimiyah dipulangkan ke Damaskus, dan akhirnya beliau keluar dari penjara serta kembali ke Damaskus.
Dari penjara yang ketiga ini beliau menulis sebuah kitab yang amat terkenal tentang perihal istighotsah yaitu “Arradu Alal Bakri”
- Penjara Keempat
Tempat: Mesir
Tahun: 708 H, dipenjara lebih dari dua bulan
Sebab: Setelah Ibnu Taimiyah kembali ke Damaskus, saat di perjalanan, Ibnu Taimiyah diperintahkan untuk kembali ke Mesir oleh pemerintah Mesir, saat beliau kembali ke Mesir, para hakim dari madzhab Malikiyah masih silang pendapat, Ibnu Taimiyah mengatakan, “Aku kembali ke penjara, dan aku ikut maslahat yang paling besar”, maka di penjara yang kali ini, orang-orang silih berganti mendatanginya, belajar, meminta fatwa, atau hanya sekedar menjenguknya.
- Penjara Kelima
Tempat: Mesir
Tahun: 709 H
Sebab: Setelah para musuh Syeikhul Islam melihat bagaiamana keberanian, kekuatan tekad dan banyaknya orang-orang yang mengambil ilmu darinya, mulailah pemerintah setempat yang kala itu dipimpin oleh Nasr Al Munabaji dan Al Jasyeinker ingin memenjarakan Ibnu Taimiyah kembali, sebab pemerintah setempat sangat dipengaruhi oleh orang-orang yang memang ingin memenjarakan Ibnu Taimiyah. Saat kabar itu tercuat, para masyayeikh dari kota Tadamurah mengabarkan kepada Syeikhul Islam akan niat dari pemerintah setempat, beliau berkata, “Jika aku terbunuh maka aku menjadi syahid, jika mereka mengusirku maka itu hijrah untukku, dan jika mereka memenjarakanku maka penjara menjadi tempat untuk aku selalu beribadah, aku seperti domba di mana pun aku berguling aku pasti selalu berguling di atas wol”. Merekapun akhirnya putus asa, dan pergi.
Namun, hal itu tidak berjalan lama, karena Al Malik Ibn Qolun berkuasa menggantikan setelah terbunuhnya Al Jasyeinker dan Nasr Al Munabaji. Dan Syeikhul Islam dibebaskan.
Di saat itu juga pemerintah yang baru menjabat ini ingin memberikan hukuman kepada para hakim dan ahli fatwa yang dahulu mendukung penuh hasil keputusan Al Jesyeinker untuk memenjarakan Syiekhul Islam Ibnu Taimiyah. Maka pemerintah setempat berdiskusi dengan Ibnu Taimiyah dalam permasalahan ini, namun Ibnu Taimiyah malah memuji mereka (Al Jesyeinker) dan berkata, “Adapun aku, maka aku telah memaafkan mereka, dan aku telah memaafkan seluruh orang yang menyakitiku, adapun orang yang menghina Allah dan RasulNya, maka Allah yang akan memberikan pelajaran”.
Karenanya, berkata Ibnu Makhluf Al Maliki, “Tidaklah saya pernah melihat orang yang lebih bertakwa dari Ibnu Taimiyah, ia diam saat tidak mampu melawan, begitu mendapatkan kesempatan melawan justru ia memaafkan”.
Dan di waktu-waktu inilah beliau menulisan karya, seperti Minhaju Sunnah, Al Istiqomah, Arradu Alal Jahmiyah dan selainnya.
- Penjara Keenam
Tempat: Damaskus
Tahun: 12 Rajab tahun 721 H sampai 10 Muharam 721 H, selama 6 bulan kurang dua hari.
Sebab: Kali ini beliau dipenjara disebabkan masalah bersumpah dalam talak, dan berbuah beberapa buku karena permasalahan ini.
- Penjara Ketujuh
Tempat: Damaskus
Tahun: 6 Syaban 728 H sampai hari wafatnya. Beliau dipenjara selama dua tahun tiga bulan dan empat belas hari
Sebab: Permasalahan bersafar menuju kuburan Nabi Shallahu Alaihi wa Sallam.
Buah dari penjara kali ini sangat banyak dan istimewa.
Pertama, Syeikhul Islam menyusun beberapa karyanya, seperti Ar Raddu Ala Akhnai, dan fatwa-fatwa yang sangat banyak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang masuk dari luar penjara.
Kedua, Saat musuh-musuh Ibnu Taimiyah melihat banyaknya kebaikan yang disebarkan oleh Syeikhul Islam dari balik jeruji besi, mereka memerintahkan para sipir untuk mengeluarkan seluruh kertas-kertas dan pena dari bilik penjara Ibnu Taimiyah.
Setelah itu mulailah Ibnu Taimiyah menulis menggunakan arang, bahkan muridnya yang bernama Ibnu Abdil Hadi telah menukil fatwa Ibnu Taimiyah yang ditulis dari arang.
Di waktu ini Ibnu Taimiyah mulai fokus untuk membaca Al Quran dan mempelajarinya dengan salah satu Syeikh yang satu bui dengan beliau, dan beliau telah menghatamkan Al Quran 80 kali bersama Syeikh tersebut.
Ayat terkeakhir yang di bacakan oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah kepada Syeikh tersebut adalah
إِنَّ ٱلْمُتَّقِينَ فِى جَنَّٰتٍ وَنَهَرٍ فِى مَقْعَدِ صِدْقٍ عِندَ مَلِيكٍ مُّقْتَدِرٍۭ
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa. (QS. Al Qomar: 54-55)
Dan Ibnu Taimiyah mengatakan, “Allah telah membukakan kepadaku untuk kali ini tentang makna-makna Al Quran yang belum pernah aku ketahui sebeumnya, dan aku berharap seluruh waktuku terdedikasikan untuk menafsirkannya”.
Semoga Allah merahmati Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Di terjemahkan dari Tulisan Abdul Ilah bin Faisal Al Wasobi (20\12\1441 H)
Oleh: Muhammad Halid Syarie
Refrensi:
Al Madkhal Liatasar Syeikhil Islam
Al Bidayah wa Nihaya
Al Uqudul Ad duriiyah
Al Jami Lisirati Syiekh Islam